Kamis, 04 Oktober 2012

batu menangis


BATU MENANGIS

Alkisah, di sebuah desa terpencil di daerah Kalimantan Barat, Indonesia, hiduplah seorang janda tua yang bernama ibu Darmi dengan tiga orang putrinya yang cantik jelita, mereka bernama Laras, dan Dewi, Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.  Sejak ayah mereka meninggal, kehidupan mereka menjadi susah. Ayah mereka tidak meninggalkan harta warisan sedikit pun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, ibu Darmi bekerja di sawah atau ladang orang lain sebagai buruh upahan..
Sementara, putri sulungnya Laras, ia bersifat sangat jauh berbeda dengan kedua adiknya. Dia bersifat sombong, congkak dan durhaka. Selain itu, ia juga seorang gadis yang malas. Kerjanya hanya bersolek dan mengagumi kecantikannya di depan cermin. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak.

Laras               : “hmmmmm… Aku memang perempuan tercantik di negri ini !!! (sambil berkaca )yayaya… benarkan adikku sayang….?” ( menoleh  centil kepada adiknya (Dewi) yang sedang menyapu, lalu mndekat) “ yaa.. tidak            seperti kamu, yang udikkk ..( mengangkat dagu Dewi dan mendorongnya ) “hahaha”

Dewi               : “Iya kak,  kakak sangatlah cantik, andai kakak lebih bisa membantu        ibu, pasti kakak akan terlihat lebih cantik.( duduk, dan berhenti menyapu)

Laras               : “Apa maksudmu??(melotot) …Katakan sekali lagi !!!(menjambak)..

Dewi               : “Adduhh!! (kesakitan) Iya kak,maafkan aku.. Kakak memang   cantik, bahkan tetap        cantik meski kakak tak membantu ibu, maafkan aku kak…(masih  di jambak oleh laras)

Laras               : “(melepaskan jambakannya)” hhuhhh…ya  aku maafkan!! Tapi,   ingatt!! Jika kau mengulanginya lagi,     aku akan lebih daripada ini..!!!(membentak , kembali berkaca)

Kemudian laras meninggalkan adiknya, dan kembali mengagumi kecantikannya di depan cermin. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak.

Ibu                   : “”Nak! Ayo bantu Ibu bekerja di sawah,(”ajak sang ibu.)

Laras               : “Ke sawah??  Aku tidak mau, nanti kuku dan kulitku kotor terkena lumpur. Pergi saja sana bersama Dewi. Aku tidak mau.

Ibu                   :”Laras, memangnya kenapa kalau kuku dan kulitmu terkena lumpur? Dewi saja yang setiap hari membantu ibu pergi kesawah terkena lumpur, Alhamdulillah sampai sekarang ia baik baik saja.

Laras   : “Aku bilang tidak , ya tidak !!! aku tidak mau pergi ke sawah .. ibu  tidak usah samakan aku dengan si Dewi.
Sudah sudah Ibu saja yang pergi sana sama si Dewi wah, karena tidak mungkin lagi ada laki-laki yang tertarik pada wajah Ibu yang sudah keriput itu,”
Ibu       : (duduk sambil mengusap dada,lemas)Dewi : “ Kakak, tidak seharusnya kakak bicara seperti itu, jika kakak tidak ingin ikut   pergi membantu ibu ke sawah.ya sudahh tidak usah bicara seperti itu.
Laras   : “Kauuu …!!!!! ( menunjuk, mendorong Dewi dan pergi                             meninggalkan semuanya)..
Dewi   : “Ibu, ibu tidak apa apa,,, ?? (merangkul )
Ibu       : “Sudah, sudah, ibu tidak apa-apa, ayo kita pergi                             kesawah..nanti keburu siang.. (berdiri)
Dewi   :”Ibu, kalau ibu tidak kuat biar Dewi saja yang pergi ke sawah, ibu istirahat saja  di rumah, ,, (mengajak duduk)
Ibu       : “Tidak Dewi, (mengusap kepala Dewi )Ibu baik baik saja.. Ayo kita pergi(berdiri kembali, dan pergi kesawah)

Setelah ibu dan kedua adiknya pergi ke sawah, Laras pun kembali ke rumah, saat ia ingin kembali mempercantik wajahnya, ternyata alat alat kecantikan yang ia miliki sudah habis, Laras merasa kesal, yang ia lakukan hanya mondar mandir tak karuan, ia pun terlelah sampai tertidur.

Laras   :” Huuggghhh… Alat-alat kecantikan ku sudah habis,(memeriksa alat kecantikannya) kalo begini, bagaimana bisa aku menjadi wanita tercantik di negri ini.. aku    harus segera membelinya, ( Dengan kesal ia menunggu ibunya sampai tertidur)

Hari sudah menjelang siang,Laras pun terbangun dari tidurnya,, ia teringat dengan alat-alat kecantikannya yang sudah habis, tak lama kemudian  ibu dan kedua adiknya datang. Tanpa basi basi Laras langsung menghampiri ibunya yang baru sampai di pintu dan masih terlihat lelah.

Laras   :”Bu!! Alat alat kecantikan ku sudah habis, ibu harus segera membelikan yang baru, ??
Dewi   :”Kak, ibu baru saja pulang, seharusnya kakak bisa    lebih menghargai ibu,,
Ibu       :”Laras, ibu masih lelah, besok saja ya, pasti ibu belikan…(duduk menghela nafas)
Laras   :”Tidak bu !! ( membentak ibu ) aku ingin sekarang…
Dewi   :”Kakak.. !!!( kesal terhadap kakaknya )
Ibu       :”Sudah Tak apa apa Dewi, biar ibu beli sekarang(bicara kepada dewi) tapi Laras, ibu tak tahu alat kecantikan seperti apa yang kamu maksud,kamu harus ikut.
Laras   :”Ya..aku mau ikut ke pasar,tapi dengan syarat Ibu,Dewi,dan Dewi harus berjalan di belakangku”.(menunjuk satu persatu orang yang di sebutnya)
Dewi   :”Maksud kakak??” (heran)
Laras   :”Iya..kalian berjalan di belakangku. aku malu                                               berjalan sejajar bersama kalian”.
Dewi   :”Kenapa harus malu, Kak? Bukankah kita ini keluarga                     kandung?”
Laras   :”kalian seharusnya berkaca. lihat saja wajah kalian   yang tak terurus dan pakaian kalian pun sangat kotor            sekali.apalagi ibu,sudah keriput,bau.jelas aku malu!” (sombong )

Walaupun sedih, sang Ibu pun menuruti permintaan putrinya. Setelah itu, berangkatlah mereka ke pasar secara beriringan. Laras berjalan di depan, sedangkan Ibunya mengikuti dari berlakang deign membawa keranjang. Meskipun mereka satu keluarga, penampilan mereka kelihatan sangat berbeda. Seolah-olah mereka bukan keluarga yang sama. Lars starlight antic deign pakaian yang bagus, sedangkan sang Ibu dan kedua adiknya kelihatan sangat kusut, deign pakaian yang sangat kotor.Di tengah perjalanan, Laras bertemu deign temannya yang tinggal di kampung lain.


Juned   :”Hai laras…hendak kemana kamu? ( berjabat tangan kepada Laras)”
Laras   :”ke pasar..(jawab laras pelan)”
Juned   :”Lalu, siapa orang di belakangmu itu? Apakah dia ibumu?” (sambil menunjuk orangtua yang membawa keranjang”).
Laras   :”Tentu saja bukan ibuku! Dia dan Mereka  adalah pembantu pembantuku,” (jawab Laras deign nada sinis ).
Juned   :”Laras, sudah antic, baik pula, mau membawa pembantu pembantunya belanja…” ( seolah olah percaya deign jawaban Laras tadi).
Laras   : (tersenyum dan kembali berjalan )
Dewi   :”Sabar ya bu..”(memeluk ibu)
Kakak!! Kenapa kakak bicara seperti itu pada dia. kami bukan pembantu! Dan ini ibu kak,bukan pembantu.” (sambil berjalan bicara pada kakaknya sejajar )
Laras   :”Ssssyyuuutttt….jangan mempermalukanku!!” (menutup mulut Dewi dengan telunjuknya)

Laksana disambar petir ibu Darmi itu mendengar ucapan putrinya. Tapi dia hanya terdiam sambil menahan rasa sedih. Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke pasar.Sesampainya di pasar,seorang pedagang buah buahan menawarkan dagangannya kepada Laras, dengan ucapannya yang sedikit merayu.

pedagang buah:”Ayo neng..buahnya..buahnya..!! ( menawari)                                                          buahnya manis  maniiiis ko neng seperti neng”…. ( merayu)
Laras               :”Oh terima kasih…”( sambil memilih buah dan                                                        membelinya )..
Pedagang        :”silakan,,,,silakan….buahnya dijamin ko neng… Pasti manis                                   seperti pembelinya”.
Laras               :”Hai..pembantu pembantuku…bawalah buah ini “
Pedagang        :”Terima kasih neng…semoga neng tambah cantik…”
Laras               :”Ayo pembantu ku sekarang giliran ke tempat alat   kecantikan..” (sambil menepuk bahu ibunya))
Ibu                   : ( diam sejenak dan terjatuh )
Dewi               :”Ibuuu…ibu kenapa….??” (memeluk ibu )
                        Ada apa dengan ibu??” Ibu, ibu tidak apa apa??

Sang Ibu tetap saja tidak menjawab pertanyaan anaknya. Ternyata ia sedang berdoa kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu. Laras melihat mulut ibunya komat-komit sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas.

Laras            :”Heii !! ibu sedang apa?” (dengan nada                                                                       membentak,menoleh kepada ibunya)
Doa sang ibu :”Ya, Tuhan! Ampunilah hambamu yang lemah ini.Hamba sudah   tidak sanggup lagi menghadapi sikap anak hamba yang durhaka ini. Berikanlah hukumanyang setimpal kepadanya!”

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan suara guntur bergemuruh memekakkan telinga. Hujan deras pun turun. Pelan-pelan, kaki Laras berubah menjadi batu. Laras pun mulai panik.


Laras               :”Ibu...! Ibu... ! Apa yang terjadi dengan kakiku, Bu,? Adduuhhh kerass sekali bu”(tanya Laras sambil            berteriak.)”Maafkan Laras, Maafkan Laras Bu! Bu Laras tidak akan mengulanginya lagi, Bu!”(seru Laras semakin panik).

Sang ibu dan adiknya menangis melihat anak dan kakaknya berubah menjadi batu. Namun, apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat lagi dihindari. Gadis durhaka itu hanya bisa menangis dan menangis menyesali perbuatannya. Sebelum kepala anaknya berubah menjadi batu, sang Ibu masih melihat air menetes dari kedua mata anaknya. Semua orang yang lewat di tempat itu juga ikut menyaksikan peristiwa itu. Tidak berapa lama, cuaca pun kembali terang seperti sedia kala. Seluruh tubuh Laras telah menjelma menjadi batu. Batu itu kemudian mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh masyarakat setempat, batu itu mereka beri nama Batu Menangis.